Kamis, 23 Agustus 2012

sejarah riau


{{utama|Sejarah Riau}} Secara etimologi kata Riau berasal dari [[bahasa Portugis]], ''Rio'' berarti [[sungai]].{{cite book |last=Samin |first=S.W. |title=Budaya Melayu dalam perjalanannya menuju masa depan |year=1991 |publisher=Yayasan Penerbit MSI-Riau}} Pada tahun [[1514]] terdapat sebuah ekspedisi militer Portugis menelusuri [[Sungai Siak]], dengan tujuan mencari lokasi sebuah kerajaan yang diyakini mereka ada pada kawasan tersebut,{{cite book |last=Schnitger |first=F.M. |coauthors=Tichelman, G.L. |title=Forgotten Kingdoms in Sumatra |year=1964 |publisher=E. J. Brill }} dan sekaligus mengejar pengikut [[Mahmud Syah dari Malaka|Sultan Mahmud Syah]] yang melarikan diri setelah kejatuhan [[Kesultanan Malaka|Malaka]]. Pada awal abad ke-16, [[Tome Pires]] dalam bukunya [[Suma Oriental]] mencatat bahwa kota-kota di pesisir timur Sumatera antara Arcat ([[Kerajaan Aru|Aru]] dan [[Rokan Hilir|Rokan]]) hingga [[Jambi]] merupakan pelabuhan raja-raja [[Orang Minang|Minangkabau]].Leonard Y. Andaya, Leaves of the Same Tree: Trade and Ethnicity in the Straits of Melaka, University of Hawaii Press, 2008 Dimasa inipula banyak [[Pedagang Minangkabau|pengusaha Minangkabau]] yang mendirikan kampung-kampung pedagang di sepanjang [[Sungai Siak]], [[Sungai Kampar|Kampar]], [[Sungai Rokan|Rokan]], dan [[Sungai Inderagiri|Inderagiri]]. Satu dari sekian banyak kampung yang terkenal adalah [[Senapelan, Pekanbaru|Senapelan]] yang kemudian berkembang menjadi [[Pekanbaru]].Suwardi Mohammad Samin, Dari Kebatinan Senapelan ke Bandaraya Pekanbaru : Menelisik Jejak Sejarah Kota Pekanbaru, 1784-2005, Penerbit Alaf Riau, 2006 Pada masa kejayaan [[Kesultanan Siak Sri Inderapura]] yang didirikan oleh [[Sultan Abdul Jalil Rahmad Syah I|Raja Kecil]], kawasan ini merupakan bagian dari wilayah kedaulatan Siak. Sementara, Riau dirujuk hanya kepada wilayah ''[[Yang Dipertuan Muda]]'' (raja bawahan [[Kesultanan Johor|Johor]]) di [[Pulau Penyengat]], kemudian menjadi wilayah ''Residentie Riouw'' pemerintahan [[Hindia-Belanda]] yang berkedudukan di [[Tanjung Pinang]], dan ''Riouw'', dieja oleh masyarakat setempat menjadi ''Riau''. Pada awal kemerdekaan [[Indonesia]], wilayah Kesultanan Siak Sri Inderapura dan ''Residentie Riouw'' dilebur dan tergabung dalam Provinsi Sumatera yang berpusat di [[Kota Bukittinggi|Bukittinggi]]. Kemudian Provinsi Sumatera dimekarkan menjadi tiga provinsi, yakni [[Sumatera Utara]], [[Sumatera Tengah]], dan [[Sumatera Selatan]]. Dominannya etnis Minangkabau dalam pemerintahan Sumatera Tengah, menuntut masyarakat Riau untuk membentuk provinsi tersendiri.Gusti Asnan, Memikir Ulang Regionalisme: Sumatera Barat tahun 1950-an, Yayasan Obor Indonesia, 2007 Selanjutnya pada tahun [[1957]], berdasarkan Undang-undang Darurat Nomor 19 tahun 1957, Provinsi Sumatera Tengah dimekarkan menjadi tiga provinsi yaitu Riau, [[Jambi]] dan [[Sumatera Barat]]. Kemudian yang menjadi wilayah provinsi Riau yang baru terbentuk adalah bekas wilayah Kesultanan Siak Sri Inderapura dan ''Residentie Riouw'' serta ditambah [[Bangkinang]] yang sebelumnya pada masa pendudukan tentara [[Jepang]] dimasukan ke dalam wilayah ''Rhio Shu''. Kemudian berdasarkan Kepmendagri nomor Desember 52/I/44-25, pada tanggal [[20 Januari]] [[1959]], Pekanbaru resmi menjadi ibu kota provinsi Riau menggantikan [[Kota Tanjung Pinang|Tanjung Pinang]]. Namun pada tahun [[2002]], berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2002, Provinsi Riau kembali dimekarkan menjadi dua provinsi, yaitu Riau dan [[Kepulauan Riau]].www.setneg.go.id [http://www.setneg.go.id/components/com_perundangan/docviewer.php?id=294&filename=UU_no_25_th_2002.pdf UU Nomor 25 Tahun 2002] Hal ini juga tidak lepas dari ketidakpuasan masyarakat atas rasa ketidakadilan dalam [[politik]] maupun [[ekonomi]] terutama yang berada pada kawasan kepulauan.Gerry Van Klinken, Henk Schulte Nordholt, Ireen Hoogenboom, (2007), ''Politik lokal di Indonesia'', Yayasan Obor Indonesia, ISBN 979461615X

Tidak ada komentar:

Posting Komentar